Situs Pendidikan Seksual Diluncurkan

Jakarta – Maraknya kasus pornografi dan masalah seksual di kalangan generasi muda belakangan ini mendorong Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan Sex Xpert Interactive Education (SEXXIE) untuk menghadirkan laman www.sexxie.tv, sebuah layanan gratis yang ingin memberikan ¬pendidikan kesehatan seksual yang benar bagi para remaja Indonesia, termasuk negara tetangga lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina.

Situs ini digagas Wei Siang Yu, seorang dokter yang dikenal dengan sebutan Dr Love dan merupakan pelopor inisiatif pendidikan kesehatan seksual pertama di Eropa. Melalui laman ini, para remaja dapat berbagi pandangan, pengalaman, serta berpar¬tisipasi dalam diskusi atau mengajukan pertanyaan pada para dokter dan ahli mengenai kesehatan seksual.

Sexxie memberikan pendidikan seminar online yang digelar setiap ming¬gunya dengan berbagai topik, di antaranya “Pertumbuhan Seksual Pria dan Wanita”, “Fakta di Balik Penyakit Infeksi Menular Seksual”, dan “Nyeri Saat Haid”.

Peluncuran situs ini sekaligus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah dampak buruk por¬no¬grafi, khususnya sejak video panas mirip artis marak beredar di tanah air selama satu bulan belakangan ini.
“Kasus pornografi seperti fenomena gunung es. Saya mengharapkan pendidikan seks hendaknya menjadi gerakan bersama untuk mencegah dampak negatif pornografi,” kata Nova Riyanti Yusuf, anggota Komisi IX DPR, di Jakarta, Rabu (30/6) saat peluncuran situs www.sexxie.tv di Jakarta, Rabu.

Nova menegaskan, maraknya situs dan video porno sudah sangat meresah¬kan. Di samping itu, seks bebas terus meningkat dan kasus HIV/AIDS semakin melonjak. Fakta ini, dikata¬kan Nova, harus diperhatikan oleh semua pihak. Terlebih salah satu target pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) untuk menurunkan kasus HIV/AIDS hingga tahun 2015 diperkirakan sulit tercapai.

Berdasarkan survei Demografik dan Kesehatan Indonesia, 12 persen dari pernikahan remaja usia 15-19 tahun terjadi karena hamil di luar nikah. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa dua juta kasus aborsi yang terjadi di Indonesia, 30 persennya dilakukan remaja. Selain itu, data UNICEF juga mengungkapkan, sekitar 110.000 orang di Indonesia diperkirakan akan terkena atau meninggal dunia akibat AIDS dan satu juta orang lainnya akan positif mengidap HIV pada akhir 2010, di mana satu dari dua orang tersebut berusia 15-29 tahun.

Masuk Kurikulum
Nova menyatakan, sesungguhnya tidak tabu untuk mengajarkan pendidikan seks kepada anak sejak usia dini. Karena itu, Nova menilai sangat mendesak saat ini memberikan pendidikan seks di sekolah. Bahkan, terbuka kemungkinan untuk memasukkan pendidikan seks di kurikulum sekolah.

“Komisi IX dan Komisi X bisa membuat rapat gabungan untuk mewa¬canakan pendidikan seks di sekolah agar masalah ini tidak menjadi wilayah abu-abu,” kata Nova. Sebaliknya, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh berpandangan pendidikan seks tidak perlu masuk kurikulum. Pendidikan seks bisa tercakup dalam pelajaran, seperti Biologi.

Sekretaris Eksekutif Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Nafsiah Mboi mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Kesehatan, dan UNICEF sedang menyusun standar pendidikan seks bagi anak usia 10-14 tahun dan 15-19 tahun.

Leave A Reply